Kami
Berbeda dan Kami Dibedakan
Karya: Muhamad Yulianto
Bisik pintu bergesek
lantai
Waktunya untuk akhiri
mimpi
Mata sayu berkedip tak
tentu
Berbayang jarum jam 120
derajat bergerak lesu
Mata memerah dan berair
Memaksa poros jam berputar mundur
Konvergen, hentakan kaki memulai hari
Gerak gesit merapikan dasi
Seragam lusuh bak garis
busur dicabik rusa
Emblem tut wuri tak
teguh diikat benang
Tas dipeluk erat agar
sempoa terjaga
Khayal tak kedinginan
hadang gelombang
Melingkar berayun menyelimutu karang
Menyelimuti raga dari kedinginan
Bukan dingin ac mobil yang mengantar
Tapi dingin malam hingga ketulang
Tak perlu berpamitan
Ayah, ibu telah lebih
dulu diluar sana
Lapar, haus, lelah tak
ku tau tentangnya
Pita suara tak pernah
bergaya
Korno bernyanyi, tak lain disana sahabatku meniupnya
Nada
hangatnya uraikan embun
Nyala
obor menari diujung bambu
Rotasi jam semakin
mendekati limit
Busungkan dada kami
melangkah
Nafas terasa sempit
Terus berakrobatik bak
David Riggs
Pasak berdiri kokoh
Kokoh
menghubungkan titik titik
Berharap,
berharap dan terus berharap
Tanah
lahirku berdiri rusuk baja
Tersusun
rapi papan persegi
Penghubung
dua jari-jari bak juring lingkaran
Gemercik air menggeitik
raga
Gemercik air seolah
tertawa
Melihat tiga anak kodol
ingin melewatinya
Air menyeimuti setengah
badan, rumput fajar nantikan kawan
Terpojok menggenggam buku
Genggaman
semakin layu
Genggaman
anak maluku mengharap terdengar langkah kaki guru
Kau tak ada ditanganku
Ketika kubutuhkan
jarimu
Tuk jeajahi bukuku yang
lusuh
Ini khayalan, ini kenyataan
Tak ada bedanya
Khayalan
menjadi kenyataan
Atau
sebaliknya, kenyataan menjadi khayalan
Berharap,
berharap dan tetap berharap
bukan ebook
trigonometri ingin dijari kami
Bukan laser sinari
papan tulis kami
Cukup jari hangatmu
bimbing kami
Aksioma matematika tidak bisa membohongi diri
Hanya ilmu yang bisa wujudkan mimpi-mimpi kami
Mimpi anak-anak ditimur negeri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar